Home > Opini > IMPLEMENTASI MATEMATIKA KE DALAM CARA BERFIKIR SEHARI-HARI

IMPLEMENTASI MATEMATIKA KE DALAM CARA BERFIKIR SEHARI-HARI

Penulis: H. Fadlullah, S. Pd

Guru SMAN 1 Sakra Timur

Matematika sering diidentifikasi sebagai pelajaran yang susah. Terlihat dari berbagai respon anak-anak dalam menghadapi guru matematika. Ada yang takut apabila guru matematika  masuk ke dalam kelas, ada yang tidak masuk pada hari itu jika ada jadwal pelajaran Matematika. Dan banyak lagi cara mereka mengekspresikan ketidaksukaan mereka dalam Matematika.

Ini merupakan kenyataan pada sebagian besar anak kita, sehingga dalam satu kelas paling banyak 5 orang siswa yang bersemangat dalam belajar Matematika. Apalagi kelas tersebut kelas yang Matematika tidak menjadi pelajaran pilihan (Cuma mata pelajaran wajib).

Pada awalnya matematika dipelajari dengan melihat bentuk-bentuk kongkrit yang kemudian menuju hal yang abstrak. Atau dari yang konkrit menuju suatu kesimpulan. Melihat kelompok benda atau obyek sama  kemudian disatukan atau dikumpulkan sehingga benda tersebut bertambah. Dari kalimat itu, matematika memberikan simbol menjadi hal yang abstrak.

Apabila pada pemberian simbol ini gagal difahami kemudian tidak ada usaha untuk ke arah memahami simbol secara berkelanjutan, maka hal ini yang kemudian membawa anak untuk merasa susah mempelajari atau memahami materi berikutnya. Karena mtematika adalah mata pelajaran yang secara mutlak memiliki materi prasyarat. Sehingga apabila materi prasyarat tidak dikuasi dengan baik otomatis materi berikutnya menjadi susah untuk difahami.

Matematika terkadang dimulai dengan definisi. Definisi ini harus juga difahami karena untuk menjawab persoalan-pesoalan yang terkait harus faham betul dengan definisi tersebut. Misalnya pada nilai perbandingan trigonometri. Kita harus faham dan hafal apa itu perbandingan sinus, cosines dan tangen. Kemudian kita juga harus faham dengan teorema Phytagoras dan penerapannya. Jika kita tidak menguasai materi-materi yang berkaitan maka kita merasa kesulitan untuk menjawab persoalan yang berkaitan dengan perbandingan trigonometri.

Untuk menjawab persoalan yang berkaitan dengan matematika kita dituntut untuk bisa menghubungkan konsep matematika yang mana yang sesuai dengan soal akan diselesaikan atau dihadapi. Jika konsep-konsep matematika sudah difahami in syaa Allah soal bisa dijawab dengan benar.

Konsep-konsep matematika yang sudah difahami merupakan timbangan atau sebagai acuan untuk menilai apakah jawaban kita benar atau tidak. Jika langkah-langkah pengerjaan soal sesuai dengan konsep matematika yang difahami maka akan memberikan jawaban yang benar. Benar dalam mengerjakan atau menjawab soal mengindikasikan bahwa konsep sudah difahami dengan benar.

Kebenaran dalam matematika bersifat konvergen artinya bahwa jawaban hanya satu-satunya tidak ada yang lain. Sehingga bahwa matematika terkesan kaku. Jika salah maka dikatakan salah dan sebaliknya jika benar maka sipapun memandangnya harus mengatakan benar. Tidak subyektifitas atau toleransi dalam memandang benar salah jawaban.

Semangat inilah yang kadang-kadang mempengaruhi orang-orang yang berfikir secara matematis dalam menghadapi persoalan sehari-hari. Artinya bahwa mengambil suatu tindakan untuk mengatakan suatu masalah benar atau salah perlu melihat konsep kebenaran. Sehingga dengan konsep selalu menjadi acuan dalam mengambil keputusan.

Leave a Reply