Satu siang. HP berdering. Laki-laki bersuara bas mengaku dari asuransi menanyakan pak Made Karpa. Saya jawab, Beliau pensiun. Ia tanya lagi lain-lain. Deg ! Saya ingat nasehat pak Made: “Kalau ada orang ngaku-ngaku dari asuransi, tolong jangan dilayani. Mereka penipu”. Saya langsung putus pembicaraan.
Teringat nasehat Beliau, saya terhindar dari penipuan. Saya menjadi rindu. Tapi harus berkata: Selamat jalan, pak Made Karpa !
Saya kembali terkenang pak Made Karpa. Guru Biologi SMAN 1 Sakra Timur. Pada hitungan kalender, saya bersama Beliau 1 tahun, terhitung 6 Januari 2020 – 30 Desember 2020. Interaksi saya dan Beliau hanya tiga-empat kali, karena lebih banyak belajar daring. Namun, bagiku ada kesan mendalam. Kebetulan meja kami bersebelahan dan menghadap ke pintu luar. Satu hal yang paling mendalam, saya menangkap kesan Beliau merupakan pigur sederhana. Menurut Pak Suharman: “Mau hujan besar, panas terik, siang, malam, atau kondisi apapun Pak Made tidak pernah pakai jaket. Beliau selalu pakai baju tipis.” Bagi saya, itu simbolisasi kesederhanaan.
Hingga kemarin siang, di kaki meja kerja saya teronggok asbak rokok dari botol minuman. Bau sisa rokok pak Made Karpa masih menyengat. Sekalipun saya tidak terlalu yakin, asbak itu milik Beliau. Namun saya tahu, Beliau memang perokok. Tentu saja, saat ini tidak akan bisa lagi merokok sebebas dulu karena Ruangan Guru SMAN 1 Sakra Timur sudah masuk area bebas asap rokok. Sehingga tidak boleh, siapapun dia, untuk merokok di area tersebut. Menariknya, meja milik pak Made Karpa sekarang ditempati oleh pak Haji Padhullah, Guru Matematika. Kita tahu, pak Haji Padhullah tidak merokok. Bahkan issunya, Beliau anti rokok. Bagi saya sih: Guru perokok atau tidak, silahkan saja …. namun kalau bisa guru itu hindari rokok.
Ingat pak Made Karpa, sekalipun Beliau sudah muslim, saya jadi ingat Bali, lalu ingat Sri Kresna, Sang Dewa mewujud manusia dalam kisah Baratayudha. Kresna memberikan wejangan, kurang-lebih intinya: “Daun-daun tua harus berguguran dan jatuh ke bumi untuk memberikan tunas-tunas muda tumbuh dan berkembang. Sehingga pohon kayu menjadi hidup dan memberikan kehidupan. Begitulah hakikat kehidupan bagi orang yang berpikir. Maka pikirkanlah.”
Pak Made Karpa tidak sepenuhnya hilang dari SMAN 1 Sakra Timur. Betul Beliau pensiun namun beritanya langsung menyewa kantin sekolah. Jadinya, Beliau alih status: dari Guru menjadi Pengusaha Kantin, yang ujungnya tetap produktif dan menghasilkan uang. Saya pribadi menyambut gembira langkah dan kebijakan tersebut, sambil membayangkan bahwa ke depan SMAN 1 Sakra Timur menjadi satu keluarga yang menaungi segenap anggota keluarganya sampai di titik akhir.
Terima kasih, pak Made Karpa …. Sedikit tidak Bapak sudah menjadi sumber inspirasi bagi generasi guru baru di SMAN 1 Sakra Timur dalam mendidik generasi muda ke arah yang lebih baik. Semoga Bapak tetap sehat dan menikmati masa pensiun dengan limpahan kebahagiaan bersama anak dan isteri tercinta.
Sampai jumpa di Kantin Sekolah. Kita sama-sama berdo’a, semoga pandemi Covid-19 segera berakhir. Sehingga Kantin Sekolah bisa dibuka kembali, sehingga anak-anak menemukan keceriaan, bisa sarapan di Sekolah.
Salam: Abdul Azizurrahman