Home > Editorial > BERBUAT SALAH

Editorial emagazine.smansakti.sch.id. bertajuk YESI KOMALA telah dipublish Sabtu, 13 Pebruari 2021. Saya baca berulang kali dan yakin tidak ada salah. Namun 10 menit kemudian, Yesi Komala chat. Tulisnya: “Visi-misi salah dimuat. Tertukar sama Kandidat Nomor 1.” Selanjutnya, “Bukan mencalonkan diri jadi Ketua Duta Baca tetapi di Forum Anak Lombok Timur.” Terakhir, “Bukan saya Ketua OSIS perempuan pertama melainkan kak Ade.” Upkhh, satu tajuk tiga kesalahan !

Terang benderang. Melalui tajuk ini, saya minta maaf dan berjanji tidak akan mengulangi kesalahan lagi. Namun izinkan menyampaikan tiga argumentasi. Pertama, visi-misi itu saya ambil di sumber resmi panitia dan sudah disosialisasikan di wa group siswa SMAN 1 Sakra Timur. Kedua, mengenai mencalonkan diri jadi Ketua Duta Baca terjadi mis-understanding informasi waktu diceritakan oleh nanda Yesi. Kesalahan saya, waktu itu tidak mencatat. Hanya mengandalkan kekuatan ingatan. Ketiga, kesalahan informasi atas Ketua OSIS perempuan pertama murni kecerobohan saya yang tidak melakukan croscheck informasi.

Maha benar Allah SWT dengan segala firmanNya. Saya hanya manusia, makhluk yang banyak berbuat salah, penuh kurang, dan kealfaan. Di dalam satu tulisan editorial saja, saya berbuat tiga kesalahan. Bisa dibayangkan, sudah pasti dalam satu hari akan banyak sekali kesalahan yang saya perbuat. Belum lagi dihitung, berapa banyak hati secara sadar atau tidak saya sakiti atas kesalahan tersebut. Meminjam konsep Sigmund Freud tentang ego defence mechanism, terdapat dua kecenderungan umum manusia dalam menghadapi gangguan kesalahan, yaitu proyeksi dan sublimasi. Tindakan proyeksi berarti ia melemparkan kesalahan dirinya ke pihak lain di luar dirinya. Dinyatakan bahwa orang lainlah yang berbuat salah. Sedangkan tindakan sublimasi diartikan kesalahan dirinya itu digantikan dengan melakukan tindakan-tindakan positif. Bila diminta memilih, saya tentu memilih sublimasi. 

Sebagai muslim, saya mantapkan diri tidak memilih keduanya. Justeru memilih untuk bertaubat dan berjanji untuk tidak lagi mengulangi berbuat salah kedua kalinya. Artinya, saya lakukan introspeksi diri, bergerak ke dalam diri, dan melakukan evaluasi atas kesalahan yang seharusnya tidak boleh terjadi. Maka saya sadar, bahwa memang manusia itu lemah. Pada titik itu, tampillah Yesi Komala yang langsung mengingatkan atas kesalahan yang terjadi. Sehingga mau tidak mau, saya harus berterima kasih dan bersyukur, bahwa masih ada yang peduli padaku.

Saya menjadi sadar, ternyata kehadiran manusia lain sangat dibutuhkan untuk menghindarkan diri atas kesalahan yang kedua kalinya. Belajar dari para Penerbit Profesional, memberikan dana besar bagi orang-orang tertentu yang menemukan kesalahan pada buku-buku yang akan diterbitkannya. Hhmm …. hitungan ekonomi, ternyata menemukan kesalahan itu mahal !

Semoga kita semua terus berproses menjadi PRIBADI yang lebih baik.

Salam: ABDUL AZIZURRAHMAN

Leave a Reply