Home > Editorial > YESI KOMALA

Nama: YESI KOMALA. Lahir di Kondak, 28 Juni 2004. Anak pertama dari dua bersaudara. Tinggi tubuh sekitar 1,45 m, berkulit hitam manis, memiliki lesung pipit dan bersuara sopran. Sekilas seperti anak-anak kebanyakan. Namun matanya berbinar-binar menyiratkan optimisme dan kegigihan. Melalui pemilu demokratis, ia terpilih menjadi Ketua OSIS periode 2020/2021. Uphh, Ketua OSIS perempuan pertama di SMAN 1 Sakra Timur.

Bagi Durkheim, Yesi itu fakta sosial. Sebuah keniscayaan hasil interaksi kedua orang tua dan komunitas siswa SMAN 1 Sakra Timur. Maka kita bisa langsung lihat gerak langkah dan kiprahnya. Satu bulan setelah dilantik, Yesi mengkoordinir OSIS SMAN 1 Sakra Timur menyelenggarakan Online CLASS MEETING dengan lima mata lomba: essay, video berpidato, video berpuisi, video tartil Al-Quran, dan video Menyanyi Solo. Di salah satu hasil penjurian, ia protes. Baginya, sang Juara tidak pantas mendapatkannya, karena dinilai tidak serius, hanya tampil kurang dua menit. Setiap hari dia juga mengkoordinir penyambutan Kelas XII yang luring. Di Kelas XI IPA 1 semester ganjil 2020, ia menjadi Juara Kelas.

Yesi Komala tampil menjadi aktifis. Pada satu waktu, saya kaget. Sungguh ! Ia bercerita ikut komunitas Duta Baca Lombok Timur. Saya tanya, apa pernah ikut Lomba Duta Baca yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Lombok Timur ? Ia jawab tidak pernah. Uphh ! Pantas saja saya tidak pernah lihat. Karena selama ini saya yang menjadi juri di Lomba Duta Baca. Bila berandai-andai Yesi waktu itu ikut jadi peserta, besar kemungkinan saya akan jadikan ia juara. Karena Yesi punya visi. Ceritanya, ia langsung mencalonkan diri jadi Ketua Duta Baca Lombok Timur. Sayangnya, terbentur persyaratan, sehingga dieliminasi tidak boleh maju mencalonkan diri. Di hadapanku, ia protes atas tindakan ketidakadilan tersebut. Hmm, ya-ya ! Hebatnya lagi, dalam waktu hampir bersamaan, ia ikut Forum Anak Lombok Timur. Satu lagi kegiatan luar yang diikutinya: Presiden University Fair 2021. Di kegiatan itu, ia bahkan tidak hanya partisan, langsung mencalonkan diri jadi Presidennya. Catat: Presiden ! Sekalipun takdir Allah SWT belum menempatkan ia jadi Presidennya.

Tampak jelas, Yesi punya ambisi besar. Bagi Eric Fromm, ia makhluk to be, berproses untuk menjadi. Maka tidak salah bila ia memaksimalkan segala potensi dirinya untuk menjadi yang terbaik di dalam komunitas yang dimasukinya. Dalam memenuhi ambisinya, ia jelas tidak menggunakan cara-cara kotor, melainkan langkah-langkah demokratis yang konstitusional. Bolehlah saya nyatakan, Yesi memiliki kepribadian sehat.

Sebagai guru Sosiologi di Kelas X IPA 1. Sejak awal sudah punya perhatian lebih padanya. Ketika saya tanya siapa Ketua Kelas ? Secara lantang ia menjawab, “Saya, Pak !” O, saya bergumam dalam hati: Mantap, Ketua Kelasnya seorang perempuan. Waktu itu, jujur saja, saya ragu atas kemampuannya namun langsung teringat pada Presiden Habibie. Keduanya memiliki tipologi fisik, emosi, dan intelektualitas relatif sama. Saya berdo’a, semoga Yesi akan ikut jejak langkah Presiden Habibie, aamien ! Dan yakin, Yesi akan mampu menapaki jejak langkah Presiden Habibie.

Semoga ……

Salam: ABDUL AZIZURRAHMAN

Leave a Reply