Penulis: NAHARUDDIN
Kepala SMAN 1 Sakra Timur

Berliterasi bukan hanya sekedar membaca, akan tetapi literasi diartikan sebagai pengetahuan membaca dan menulis, mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis, serta kemampuan menganalisis, menanggapi, dan menggunakan bahasa.
Dalam lingkup literasi sekolah, upanya membudayakan literasi 15 menit telah lama diupanyakan, hal ini sejalan dengan lahirnya Permendiknas Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, yang salah satu poinnya mewajibkan para siswa untuk membaca buku selama 10 sampai 15 menit sebelum jam belajar dimulai.
Namun demikian, kegiatan berliterasi di sekolah diharapkan akan mampu melahirkan aktifitas berliterasi dalam bentuk lainnya. Dalam hal ini, banyak hal yang harus diwujudkan sehingga kegiatan literasi tidak kemudian bermakna dan berwujud perpustakaan hanya satu-satunya tempat membaca. Demikian juga dengan kegiatannya dapat dalam beragam variasi seperti membuat puisi, resensi guku, merangkum, menemukan isi bacaan, bercerita, menulis cerpen dan lainnya.
Dalam literasi sekolah, semangat guru dan keseriusan sekolah sangat dibutuhkan. Peran dan kesungguhan kalangan guru sangat diperlukan sebagai garda depan kegiatan literasi sekolah. Mengajak peserta didik berliterasi dalam bentuk membuat haiku dan sonia yang sangat terikat oleh baris dan jumlah suku kata perbaris sangat menantang dan mengasyikkan bagi anak.
Kapasitas guru dalam menentukan ragam kegiatan literasi perlu menjadi perhatian. Karena itu, selain membaca maka menjadi hal yang sangat perlu untuk melakukan upaya membuat puisi, haiku, sonia, resensi buku, bahkan mengenalkan membuat essay.
Keberagaman kegiatan berliterasi diharapkan akan melahirkan peserta didik yang memiliki kemampuan lebih di luar kemampuan akademik. Itu akan tercapai manakala kegiatan literasi dapat dilakukan dalam beragam bentuk seperti membuat puisi, cerpen, resensi, dan essay. Dengan demikian maka sekolah akan terisi dengan kegiatan literasi dan hasil literasi peserta didik yang beragam.
Permasalahan pentingnya adalah upaya menggugah dan menjadikan semua guru terlibat didalamnya dengan dukungan sekolah yang kuat. Masih banyak sekolah belum melakukan upaya menggerakkan gerakan literasi. Sekolah-sekolah di pedesaan memerlukan penggerak budaya literasi. Diperlukan upaya nyata dan berkelanjutan dan semuanya membutuhkan kemampuan guru.
Ke depan, gerakan literasi sekolah hendaknya melahirkan gerakan-gerakan literasi menulis baik oleh guru dan juga oleh siswa dalam sekolah. Gerakan itu dapat saja dengan mengadopsi gerakan literasi sekolah sesuai dengan peta jalan literasi atau menemukan bentuk-bentuk lain.
Sekolah literasi adalah sekolah yang mengaktifkan kegiatan-kegiatan menulis dan membaca. Menulis dalam bentuk apa saja dan membaca sumber apapun. Sebagai garda depan tentu saja guru harus memiliki semangat pembelajar. Semangat mempelajari dan menguatkan kapasitas diri yang beragam mendorong suksesnya budaya literasi dalam sekolah.